Gunung Lawu

Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu. Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu putra (ralat) dari Pandawa Lima. Di gunung ini juga banyak tempat-tempat keramat antara lain Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng, Batu Tugu “Punden Berundak”, Lumbung Selayur, Telaga Kuning dan masih banyak lagi. Gunung ini juga ditumbuhi bunga Edelweis berwarna merah muda, kuning dan putih. Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya. Kedua daerah gerbang pendakian tersebut merupakan daerah berbentuk saddle antara daerah tujuan wisata Sarangan yang terkenal dengan danaunya dan Tawangmangu dengan air terjunnya. Kedua jalur Selatan ini adalah yang paling banyak dilalui karena jalurnya mudah dan pemandangannya sangat indah. Untuk mencapai daerah ini. Dari arah Surabaya menuju Madiun diteruskan ke Magetan dengan bus, kemudian naik colt menuju Sarangan (1.286 m.dpl), dari sini kita naik colt jurusan Tawangmangu turun di Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Kalau dari arah Solo, kita naik bus menuju Tawangmangu (1.000 m.dpl), lalu naik colt jurusan Sarangan berhenti di Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu. Angkutan umum/colt dari Tawangmangu ke Sarangan atau arah sebaliknya agak sulit ditemui mulai pukul 16.00 wib. Segala fasilitas umum antara lain hotel, wartel yang paling dekat adalah di daerah wisata Sarangan terletak 5 kilometer dari Cemoro Sewu atau di Tawangmangu yang juga merupakan tempat wisata. Walau demikian, kita dapat menginap dirumah-rumah penduduk. Kita juga bisa memenuhi kebutuhan logistik tambahan untuk pendakian di warung-warung yang ada di desa gerbang pendakian ini. Gerbang Jawa Timur ,lewat Desa Cemoro Sewu Desa Cemoro Sewu (1.800 m dpl) kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan merupakan gerbang pendakian dari jalur Jawa Timur adalah daerah yang sangat subur. Daerah yang dihuni 20 keluarga dengan mata pencaharian utama adalah bertani ini tampak hijau, bersih sehingga menyejukkan mata yang melihatnya. Penduduknya sangat rukun, suka gotong-royong, ramah terhadap para pendatang dan sangat peduli terhadap kebersihan lingkunganya, ini terbukti dengan didapatnya tropi Jawa Timur tahun 1991 dan Kalpataru untuk katagori Pengabdi Lingkungan tahun 1992 oleh Bapak Sardi Kamituwo desa Cemoro Sewu. Jalur yang dimulai dari Cemoro Sewu (1.800 m.dpl) ini adalah yang paling sering digunakan untuk pendakian, panjangnya 6.5 km, berupa jalan makadam mulai desa sampai mendekati puncak. Di desa Cemoro Sewu ini kita mempersiapkan air untuk perjalanan naik dan turun. Kita akan melewati hutan pinus dan akasia di sisi kiri dan kanan sampai pada ketinggian lk 3.000 m dpl. Dalam pendakian ini kita akan melewati 4 buah pos pada ketinggian 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan sampai di pos IV dengan ketinggian 2.800 m dpl dengan waktu 4 – 5 jam. Setelah pos IV ini pepohonan mulai rendah sampai kita harus menyusur punggungan, jalannya berupa tanah mendatar dan di sisi kanan terdapat jurang. Kurang lebih 10 menit kita akan sampai di Sendang Drajat, sebuah sumber air yang dianggap keramat oleh para peziarah. Di daerah sini biasanya juga digunakan untuk bertapa oleh orang-orang yang percaya bahwa akan mendapat “ilmu”. Disini terdapat gua selebar 2 meter yang dapat kita pakai untuk bermalam. Didepan gua terdapat lubang sekitar satu meter yang kadangkala dapat ditemukan air. Jika tidak mau menginap di Sendang Drajat, kita dapat berjalan terus ke Argo Dalem, dengan melewati punggungan bukit sekitar 30 menit, kita akan menemukan pertigaan yang kekiri langsung menuju puncak Argo Dumilah ( 3.265 m dpl) sedang ke kanan menuju ke Argo Dalem (3.148m dpl). Dari pertigaan ini, untuk menuju puncak Argo Dumilah hanya membutuhkan waktu 10 menit. Alun-alun Argo Dalem merupakan hamparan padang terbuka bervegetasi perdu, memungkinkan kita untuk melihat kearah puncak maupun kelembah di bawahnya. Ada pondok utama yang biasanya menjadi tujuan peziarah yang datang, lengkap dengan barang-barang persembahannya Puncak Gunung Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit dan terdapat titik trianggulasi. Dari arah puncak kita dapat menikmati pemandangan yang sangat menawan. Selain Matahari terbit, bila kita memandang ke arah barat, akan tampak puncak Gunung Merapi dan Merbabu, dan arah timur akan terlihat puncak Gunung Kelud, Butak dan Wilis. Gerbang Jawa Tengah: Desa Cemoro Kandang Jalur yang dimulai dari Desa Cemoro Kandang ini, panjangnya sekitar 12 km, juga paling sering digunakan untuk pendakian, karena tidak terlalu menanjak dan pemandangannya sangat indah. Diseberang gerbang pendakian terdapat warung-warung, juga bisa untuk menambah logistik, air juga harus dipersiapkan disini untuk perjalanan naik sampai turun lagi. Kita mulai perjalanan melalui hutan akasia dan pinus dengan kondisi jalan berbatu kurang lebih 1,5 jam, kita sampai pada PosI Taman Sari bawah. Kemudian kita melewati jalan tanah dari hutan cemara dan pinus selama sekitar 30 menit akan menemui Pos II Taman Sari Atas. Dari sini kita masih melewati hutan dan menyisir bukit, setelah perjalanan selama 2,5 jam kemudian kita sampai di pos III Penggik (2.760 m dpl). Dari pos penggik ini kita menuju ke Pos IV Cokrosuryo dengan melewati hutan, kemudian menyisir bukit, disebelah kiri kita adalah jurang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1,5 jam. Jika tidak ingin menginap di Cokrosuryo kita bisa berjalan terus ke Argo Dalem dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan ke Argo Dalem kita akan menemui sebuah pos yang rusak di pertigaan yang kekanan ke Argo Dumilah dan yang lurus menuju Argo Dalem. Perlengkapan dan Tips Perjalanan Pendakian ke Gunung Lawu jika melalui Cemoro Kandang membutuhkan waktu 8-9 jam dan 5-6 untuk turun, sedang dari Cemoro Sewu dibutuhkan waktu 6-7 jam untuk pendakian dan 4-5 jam untuk turun. Pakaian yang tahan angin dan tahan air serta peralatan untuk tidur sebaiknya dibawa untuk kenyamanan perjalanan pendakian. Kalau ingin pendakian anda tidak terlalu ramai maka sebaiknya melakukan pendakian pada hari-hari biasa (senin-Jumat) Misteri Gunung Lawu Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi. Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Keraton Yogyakarta. Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Legebda Gunung Lawu Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong. Raden Fatah setelah dewasa agama islam berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi (Demak). Melihat kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak. Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga Dalem. Saat itu Sang Prabu bertitah, “Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua mahluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak. Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan Sang Prabu di sini. Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya. Obyek wisata di sekitar gunung Lawu antara lain: Telaga Sarangan Kawah Telaga Kuning Kawah Telaga Lembung Selayur. Wana wisata sekitar Gunung Lawu Sekitar Desa Ngancar: 1.Air Terjun Pundak Kiwo 2.Air Terjun Watu Ondo 3.Air Terjun Jarakan 4.Watu Ongko 5.Pasir Emas Tawangmangu Cemorosewu Candi Sukuh Candi Cetho Komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu Astana Mangadeg Astana Giribangun

5 Makanan Khas Indonesia yang di Gandrungi Seleb Dunia

Makanan Khas Indonesia Masakan Indonesia yang kaya rempah, nampaknya juga terasa cocok di lidah para selebritas dunia. Hal ini terbukti kala mereka berkunjung ke Tanah air, mereka selalu mencari menu Tanah air yang menjadi favoritnya. Lalu menu apa itu ? Berikut daftar menu lokal yang cocok di lidah seleb internasional, seperti yang dilansir majalah CosmopolitanIndonesia : 1. Bakso Bakso Kuah segarnya yang dipadu dengan kenyal dan gurihnya bakso daging sapi mmebuat lidah Presiden AS ketagihan. Bahkan konon menu ini adalah favorit Obama sejak ia kecil dan masih tinggal di Menteng. “I love bakso,” kata sang Presiden kala berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. 2. Nasi Goreng Nasi Goreng Menu simpel ini nyatanya juga disukai Shahrukh Khan dan Katy Perry. Nasi adalah makanan pokok Indonesia, dan hanya dengan dicampur bumbu dengan sedikit tambahan lauk, sajian nasi goreng ini menjadi spesial. 3. Sate Ayam Sate Ayam Bumbu kacang sate ayam, plus dagingnya yang ditusuk dan dibakar renyah membuat boyband Korea Selatan, Super Junior memilihnya sebagi salah satu masakan terenak bagi lidah mereka. 4. Gado-gado Gado-Gado Mungkin selebriti tak akan menyangka jika campuran banyak sayur, plus tambahan protesin dari telur, dan karbohidrat dari kentang ditambah bumbu kacang ini bernama Gado-gado jika di Indonesia. Karena mungkin di luar makanan seperti ini lebih dikenal dengan sejenis salad. Dan menu tradisional ini pun berasil membuat jatuh cinta Matt Scannel, vokalis band Vertical Horizon. 5. Kelapa Muda Segar Es Kelapa Muda Udara tropis di Indonesia yang panas, memang cocok dengan kudapan dari kelapa muda segar ini, sebut saja seperti es kelapa muda. Dan minuman dari kelapa yang mengandung antioksidan tinggi ini juga digemari oleh pelantun tembang I##Q##m Yours, Jason Mraz.

ASAL USUL TERJADINYA PELANGI

Posted by .dieni. at 13.34.00 Pelangi merupakan salah satu pemandangan indah yang jarang kita lihat. Jika dilihat, bentuk pelangi seperti busur di langit biru yang muncul karena pembiasan dari sinar matahari ketika hujan Kira-kira di mana ya pelangi bisa terlihat? Biasanya pelangi bisa dilihat di daerah pegunungan atau ketika mendung atau ketika hujan baru berhenti turun. Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi yang menyebabkan spektrum dari cahaya yang (hampir) kontinyu untuk muncul di langit waktu matahari bersinar ke atas titik air hujan yang jatuh.Dari peristiwa yang menyebabkan sinar monokromatik menjadi 7 sinar polikromatik. Ketika sinar matahari mengenai cermin siku-siku atau tepi prisma gelas, atau permukaan buih sabun, terlihat berbagai warna dalam cahaya. Cahaya putih dibiaskan menjadi berbagai panjang gelombang cahaya yang terlihat oleh mata kita sebagai merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu ujung dan biri serta ungu disisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang. Dalam fisika, warna-warna lazim diidentifikasikan dari panjang gelombang. Merah, misalnya, memiliki panjang gelombang sekitar 625 – 740 nm1, dan biru sekitar 435 – 500 nm. Kumpulan warna-warna yang dinyatakan dalam panjang gelombang2 (biasa disimbolkan dengan λ) ini disebut spektrum warna. Gambar 2 memperlihatkan rentang spektrum warna dasar yang lazim kita lihat sehari-hari. Sinar putih yang biasa kita lihat (disebut juga cahaya tampak atau visible light) terdiri dari semua komponen warna dalam spektrum di atas – tentu saja ada komponen lain yang tidak terlihat, disebut invisible light. Alat paling sederhana yang sering dipakai untuk menguraikan warna putih adalah prisma kaca Coba kita amati ketika sinar matahari mengenai cermin siku-siku atau tepi prisma gelas, atau permukaan buih sabun, kita melihat berbagai warna dalam cahaya. Apa yang terjadi adalah cahaya putih dibiaskan menjadi berbagai panjang gelombang cahaya yang terlihat oleh mata kita sebagai merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut “spektrum”. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu ujung dan biri serta ungu disisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang. Pelangi merupakan salah satu pemandangan indah yang jarang kita lihat. Jika dilihat, bentuk pelangi seperti busur di langit biru yang muncul karena pembiasan dari sinar matahari ketika hujan Kira-kira di mana ya pelangi bisa terlihat? Biasanya pelangi bisa dilihat di daerah pegunungan atau ketika mendung atau ketika hujan baru berhenti turun. Pelangi merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik yang dapat kita lihat. Ia terdiri dari beberapa spektrum warna. Teman-teman bisa menyebutkan warna apa sajakah yang bisa kita lihat pada pelangi tersebut? Ya, benar, di antara warna tersebut adalah merah, kuning, hijau, biru, jingga, ungu dan sebenarnya ada warna-warna lain yang tidak dapat kita lihat langsung dengan mata. Warna merah memiliki panjang gelombang paling besar, sedangkan violet memiliki panjang gelombang terkecil. Asal usul terjadinya Pelangi

Batik Pring sedapur Magetan






Kolam Renang Tirta Naga sari CEPOKO


Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan


Kolam Renang Tirta Naga Sari adalah salah satu kolam renang di Magetan yang menjadi obyek wisata di Magetan.Kolam Renang Tirta Naga Sari berada di Jl. Cepoko, Desa Cepoko Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan.
Memang jaman sekarang banyak manusia yang sibuk akan pekerjaannya, sehingga menjadi setres, maka sangat dibutuhkan tempat dengan suasanya yang tenang atau nyaman untuk menenangkan pikiran, sehingga dapat meringankan atau bahkan menghilangkan stres yang melanda pikiran.
Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan menawarkan tempat yang nyaman dan menyenangkan sehingga tak ada salahnya saya merekomendasikan tempat ini.
Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan menyediakan kolam renang yang luas uantuk anak-anak, remaja, dewasa, dan bagi keluarga.
Kolam Renang Tirta Naga Sari juga menyediakan wahanya permainan tambahan bagi anank-anak, seperti mandi bola, kereta, kano, dan perahu angsa atau bebek.
Berenang memang olah raga yang direkomendasikan untuk kesehatan fisik, pikiran, maupun jiwa, sehingga sangat perlu disediakan tempatnya seperti Kolam Renang Tirta Naga Sari.
Ssetelah selesai berenang dan bermain tentunya badan menjadi lemas, lapar dan haus. Jangan hawatir karena di area Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan juga disediakan rumah makan yang menyediakan segala kebutuhan perut anda, seperti bakso, ikan bakar, ayam bakar, batagor dan sebagainya.
Klo saya memang suka bakso, jadi setelah berenang perut jadi keroncongan, tanpa pikir panjang yang pesan bakso dan santap aja, rasanya pasti enak.
Oh iya sangking keasyikan berinfo ria lupa ngasih tahu berapa tiket masuknya!. Biaya tiket masuk ke Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan adalah @ Rp. 5.000, anda bisa sampai puas bermain di dalam Kolam Renang Tirta Naga Sari Magetan. Dengan Rp. 5000 anda boleh bermain dan berenang sepuasnya, sampae sore juga boleh, sampai tertidur juga boleh, asal jangan sampai mati nanti ngrepotin pemilik kolam renangnya.
Oke Sob, Jangan berpikir terlalu lama, apabila ada musim liburan jadikan Kolam Renang Tirta Naga Sari menjadi salah satu agenda wisata anda. Kalau anda tertarik berkunjung kami siap menjadi Penunjuk jalannya, selamat berekreasi dengan keluarga anda.

Sejarah Candi Sadon Panekan Magetan

1. Sejarahnya
  Candi Sadon adalah sebuah candi yang terletak di Dusun Sadon desa Cepoko kecamatan Panekan, kurang lebih 40 meter sebelah timur perempatan jalan antara dusun Pandak dan dusun Sadon (pada jalan Magetan-Panekan)

  Candi ini dikalangan masyarakat lebih terkenal dengan nama "CANDI REYOG", karena ada dua arca dan agak besar yang istilah kepurbakalaannya dinamakan "KALA" sebab bentuknya seperti reyog. Kala ini wujudnya menyerupai reman muka raksasa (Batara Kala) yang menyeramkan, mata besar melotot keluar, mulut menganga taring terbuka, dua tangan siap menerkam, sedang dua makara menghias di kepala, sehingga disebut juga KALA MAKARA. Jadi disebut Candi Reyog, semata-mata karena ada dua Kala Makara yang bentuknya seperti kesenian reyog (kepala harimau dan merak).


  Namun pada tahun 1966, candi tersebut mengalami kerusakan total, karena ulah pemuda-pemuda KAMI/KAPI yang dengan sengaja merusak.

  Pada Tahun 1969 dengan dipelopori oleh Sdr. Sutaryono Ba, yang tugas dinas hariannya sebagai Kepala Kantor Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Magetanberupaya mengadakan perataan kembali area-area yang dimaksud, bersama-sama dengan masyarakat setempat dan akhirnya terbentuklah wujud candi yang tersusun seperti yang ada sekarang ini.



  Pada tahun 1973 diadakan pendataan dan penelitian oleh Sdr. Drs SORCIPTO danSdr SUWARDI Ba, dan dijelaskan sebagai berikut :

A) Asal candi ini adalah merupakan sebagian reruntuhan candi, dan diperkirakan disekitar lokasi tersebut masih ada bagian-bagian area lain yang masih terpendam.

B) Benda-benda peninggalan yang masih terlihat dalam candi ini antara lain :
  1. Kala
  2. Naga
  3. Batu bertulis (isi tidak jelas)
  4. Tantri (potongan ceritera binatang)
  5. Umpak
  6. Yani
  7. Antefik (bagian sudut candi)
  8. Area-area kecil
C) Benda-benda tersebut diperkirakan peninggalan Hindu pada jaman MOJOPAHIT.

  Selain poin tersebut, masih ada seberkas informasi lainnya tentang keberadaan candi Sadon.

  Pada tahun 1933 Dr. Van Enoch, seorang Archeologi bangsa Belanda mengadakan suatu penelitian. Hasil atau kesan-kesan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Tempat tersebut (Candi Sadon), adalah tempat ameng-amengnya Prabu Erlangga
  2. Candi atau arca yang ada sekarang ini hanya sepertiga dari bangunan candi yang sebenarnya.
Dengan adanya dua pendapat yang berlainan tersebut diatas, maka sangat perlu adanya penjelasan yang positif tentang sejarah Candi Sadon dari ahli sejarah kepurbakalaan. Dengan harapan Bapak Kepala Bidang Kepurbakalaan Propinsi Jawa Timur, semoga dapat memberikan penjelasan yang selengkapnya.

  Data-data pendukung :

A) . Ukuran tanah : 
  1. Lebar depan (utara) = 10, 6 meter
  2. Lebar belakang (selatan) = 6,7 meter
  3. Panjang sebelah timur = 7,0 meter
  4. Panjang sebelah selatan = 6,5 meter
  5. Pendopo = 6,7 x 5 meter
B) Status Pemilikan : oleh Pemerintah yang dikuasakan langsung Kepala Bidang Kepurbakalaan di Trowulan.

C) Pemeliharaan : 
  1. Juru Kunci : Sdr. Sarnu. TR (pegawai negeri yang digaji langsung dari Trowulan)
  2. Juru Kunci pembantu dari desa : Sdr. Nulyadi
  Tahun 1975 bertepatan saat lomba desa Cepoko panitia lomba desa sempat mengekpus keluar dan mempromosikan Candi Sadon ini melalui foto sampul depan buku Risalah lomba desa.

  Akhirnya Bapak Patih SOEBOWO dan Bapak Bupati Magetan saat itu (DJAJADI) berkenan menyempatkan meninjau lokasi Candi Sadon tersebut. Sehingga pada tahun 1984, oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan dibangun sebuah "PENDOPO" yang fungsinya sebagai tempat istirahat, dan sebagainya.

  Pada tahun 1985, seorang mahasiswa Archeologi dari negeri Belanda mengadakan riset ke komplek Candi Sadon dalam rangka KKN. Beliau mengatakan bahwa Candi Sadon ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit terakti, mengingat di sekitar Candi banyak ditemukan batu bata ukuran besar (30x30 cm), dengan ketebalan 10 cm.

2. Ceritera terjadinya nama : SADON

  Dinamakan Candi Sadon karena lokasinya terletak di dukuh Sadon. Menurut keterangan para sesepuh (orang-orang tua) di Dukuh Sadon mengatakan bahwa : kata SADON berasal dari SAD dan DON.

  • Kata SAD berasal dari kata : ASAD
  • Kata DON berasan dari kata : PADUDON
Jadi kata SADON berasal dari : ASDDING PADUDON, yang artinya habisnya perselisihan / pertengkaran / permusuhan / peperangan. Sehingga sudah tidak ada lagi kekacauan dan yang ada tinggal : KETENTERAMAN.

  Disamping itu masih ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa : kata SADON berasal dari kata SADU dan akhiran an menjadi SADUAN, yang kemudian berubah menjadi SADON. Adapun pengertiannya :
  • SADU berarti tenteram.
  • SADUAN berarti tempat yang tentram.
Pada Candi Sadon terdapat prasasti sebanyak tiga buah yang berbunyi :
  1. a - pa pa - - ka - la
  2. sa da pa kra - ma
  3. ba da sri - pa ja - ba da - ka - la
Ditinjau dari segi paleografinya, prasasti ini sejaman dengan prasasti dari dusunTledokan (kecamatan Benda), yaitu pada masa Kediri. Huruf-hurufnya berbentuk : BLOK / kwadrat.

  Dari pelajaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa candi Sadon tersebut lebih condon kalau peninggalan jaman Erlangga. Sebab Kediri adalah sebagai kelanjutan dari kerajaan Kahuripan (dan Erlangga sebagai rajanya)

3CERITERA RAKYAT DAN KEYAKINAN MASYARAKAT

  Menurut keyakinan masyarakat disekitar candon menyebutkan bahwa Candi Sadon atau Cando Reyog,ditunggu oleh penjaga roh halus yang bernama "DADUNG KAWUK", yang dalam ceritera pewayangan sebagai penggembala kerbau siluman MAESADANU. Hal ini diperkuat dengan adanya peternak kerbau / lembu di desa Sadon (Cepoko) saja terdapat arca lembu 4 (empat) buah. Hanya sayangnya yang tiga buah telah hilang kepalanya, hal ini terjadi pada tahun 1966.

  Pada tahun 1989, arca lembu yang letaknya di sebelah timur komplek candi Sadon pernah dicuri orang. Selama arca lembu tersebut belum diketemukan, lembu-lembu yang ada disekitarnya berubah menjadi liar ("Galak" dalam bahasa Jawa).

  Candi Sadon juga dinamakan Candi REYOG, karena pada candi Sadon terdapat arca pokok yang menyerupai reyog ("barongan" dalam bahasa Jawa).

  Pada tahun 1992, candi Sadon ditinjau dari Team penilaian lomba pendidikan (KUN) tingkat Jawa Timur. Pada waktu itu diadakan pentas Reyog. Para penonton banyak yang duduk di batu-batu arca candi. Akhirnya penonton digaduhkan oleh seseorang yang naik pohon andong setinggi 2,5 meter sedang garis tenga batangnya hanya 3 cm. Namun demikian batang endong tersebut tidak tumbang meskipun yang naik batang tersebut badannya cukup besar dan tinggi. Kemudian pimpinan Reyog menghimbau agar para penonton tidak duduk pada batu-batu arca. Setelah itu, pemanjat pohon tersebut turun dengan perlahan-lahan. Itulah suatu pertanda bahwa sebetulnya Sadon masih mempunyai kekuatan magic.

4. FUNGSI

  Masyarakat sekitar Candi Sadon berpendapat bahwa Candi Sadon masih mempunyai kekuatan gaib. Oleh sebab itu, mereka menggunakan Candi Sadon sebagai tempat syukuran / selamatan, dengan harapan agar Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kenikmatan lahir dan batin agar tidak ada mala petaka terhadap rakyat Sadon dan desa Cepoko pada umumnya. Lebih-lebih bila ada orang punya hajad mantu, mereka pasti mengadakan sesaji di candi Sadon, dengan harapan agar mempelai berdua tidak menemui mala petaka. Bahkan banyak pula orang-orang dari luar desa Cepoko yang datang di Candi Sadon untuk syukuran / selamatan, atau datang untuk mengadakan semedi, dan lain-lain. Tergantung keperluan / kebutuhan manusia.

  Dengan fungsi yang demikian, maka Candi Sadon terpaksa dibuka selama 24 jam.Siang hari dilayani oleh Juru Kunci : SUDIRO, sedang malam hari dilayani Sdr. Mulyadi yang rumahnya kurang lebih sekitar 100 meter sebelah timur candi Sadon.


Sumber Referensi :
"Sejarah Singkat Candi Reyog - Desa Cepoko Kecamatan Panekan" yang disajikan Dalam Rangka Lomba Karya Utama Nugraha
NB : Di ambil seutuhnya dengan sedikit perubahan


WELCOME TO MY BLOG